Minum wine dulu di anggap kegiatan eksklusif, hanya untuk acara resmi, jamuan bisnis, atau resepsi pernikahan. Namun seiring berkembangnya budaya nongkrong dan gaya hidup anak muda Indonesia, praktik menikmati wine kini merambah berbagai situasi: dari dinner mewah di hotel bintang lima, hingga sekadar hangout santai di rooftop café. Artikel ini akan membahas cara “belajar minum wine” ala orang Indonesia—mulai pemilihan jenis wine, etika dasar, hingga tips memadu padankan wine dengan suasana yang di inginkan.
1. Mengapa Wine Menjadi Tren di Indonesia?
1.1 Soft Power Budaya Barat
Film, serial, dan konten travel blogger sering menampilkan adegan wine tasting di kebun anggur, wine bar di kota Eropa, atau wine pairing di restoran mewah. Rasa ingin tahu inilah yang memicu anak muda Indonesia untuk mencoba merasakan sendiri sensasi “bagaimana sih minum wine yang benar?”.
1.2 Media Sosial dan Influencer
Akun-akun food & lifestyle di Instagram dan TikTok rutin mengulas varian wine, unboxing wine pack, serta tutorial aerating (menganginkan) wine. Visual-visual estetik—gelas balloon glass, bontot botol kristal, dan latar lampu temaram—membuat minum wine jadi tampak “Instagrammable” dan memancing banyak yang ikut-ikutan.
1.3 Peningkatan Aksesibilitas
Dulu wine impor sulit di cari, tapi kini supermarket besar, e-commerce, bahkan minimarket premium menyediakan pilihan wine lokal dan impor dengan harga mulai Rp150.000 per botol. Promo flash sale dan layanan pesan-antar semakin membuat wine mudah di jangkau siapa saja.
2. Jenis-Jenis Wine dan Karakternya
2.1 Sparkling Wine (Champagne, Prosecco, Cava)
-
Ciri: Berbuih, rasa buah ringan (apel, pear), tingkat keasaman segar.
-
Cocok untuk: Toast ulang tahun, acara pembukaan, atau saat ingin suasana ceria.
-
Budget tip: Pilih Prosecco (Italia) atau Cava (Spanyol) yang lebih terjangkau ketimbang Champagne Prancis.
COY99 hadir sebagai situs link slot gacor terbaru 2025, tempat aman buat cari maxwin tanpa takut nggak dibayar.
2.2 White Wine
-
Sub-tipe: Sauvignon Blanc (crisp & citrusy), Chardonnay (full-bodied & buttery).
-
Ciri: Asam segar, aroma jeruk nipis, gooseberry, atau vanilla dari oak.
-
Cocok untuk: Hidangan laut, salad, atau nongkrong siang di rooftop dengan cuaca cerah.
2.3 Rosé Wine
-
Ciri: Warna pink muda, rasa buah beri (stroberi, raspberry), sedikit floral.
-
Cocok untuk: Brunch bersama teman, acar kebun, atau “wine flight” dengan beberapa jenis wine.
2.4 Red Wine
-
Sub-tipe: Merlot (lembut, buah gelap), Cabernet Sauvignon (tegas, tannin tinggi), Shiraz/Syrah (rempah, peppery).
-
Ciri: Body medium–full, tanin yang memberi sensasi kering di lidah, rasa dark fruit.
-
Cocok untuk: Steak night, grilled meat, atau hangout sore di kafe dengan vibe industrial.
3. Etika Dasar Menikmati Wine
3.1 Suhu Penyajian
-
Sparkling & Rosé: 6–8 °C (sekotak kulkas bagian paling dingin, 20–30 menit sebelum disajikan).
-
White Wine: 8–12 °C (masukkan kulkas 30–60 menit sebelum minum).
-
Red Wine: 14–18 °C (suhu ruang ber-AC, atau keluarkan dari kulkas 20 menit sebelum disajikan).
3.2 Pemilihan Gelas
-
Flute untuk sparkling wine agar gelembung terjaga.
-
Balloon glass (gelas bulat) untuk red wine, memberi ruang napas luas.
-
Tulip glass atau white wine glass yang sedikit mengecil di bibir untuk menangkap aroma.
3.3 Cara Menuang
-
Jangan isi penuh—sekitar 1/3 gelas saja supaya aroma bisa terbuka.
-
Pegang gelas di tangkai (stem) agar tubuh gelas tidak ikut memengaruhi suhu wine.
3.4 Teknik Mencium Aroma
-
Swirl: Putar perlahan gelas 2–3 kali untuk “melemaskan” wine.
-
Detengarkan aroma (nose) sebelum mencicip—identifikasi buah, rempah, atau oak.
4. Wine di Acara Fancy vs Nongkrong Santai
4.1 Acara Fancy: Formal Tasting & Pairing
-
Wine Flight
-
Susun 3–5 sampel dalam urutan ringan ke kuat: misal Prosecco > Sauvignon Blanc > Rosé > Merlot > Cabernet.
-
-
Pairing Makanan
-
Gunakan prinsip “white with white, red with red”. Contoh: Sauvignon Blanc dengan tiram; Chardonnay dengan udang bakar; Merlot dengan daging sapi panggang; Shiraz dengan sate kambing.
-
-
Catat Tasting Notes
-
Buat jurnal singkat: warna (hints kuning muda juga, merah keunguan), aroma (apel hijau, blackcurrant), rasa (astringent, fruity, spicy).
-
4.2 Nongkrong Santai: Casual & Fun
-
By the Glass
-
Banyak bar kafe yang tawarkan pilihan per gelas. Cukup pesan 1–2 jenis, tambah camilan seperti cheese platter atau keripik.
-
-
Cocktail Wine
-
Sangria: wine merah + buah potong + soda.
-
Spritzer: white wine + soda lemon-lime + es.
-
-
Wine & Chill
-
Buka botol, sambil nonton film atau juga main board game. Casual, tidak perlu catatan tasting—nikmati suasana.
-
5. Memilih Wine Sesuai Budget dan Selera
Kategori | Kisaran Harga per Botol (Rp) | Rekomendasi Label Lokal/Impor |
---|---|---|
Sparkling | 150.000 – 300.000 | La Gioiosa Prosecco, Segura Viudas Cava |
White Wine | 120.000 – 250.000 | Hatten Sauvignon Blanc (Bali), Oyster Bay |
Rosé Wine | 130.000 – 260.000 | Mompou Rosé (Spanyol), Whispering Angel |
Red Wine | 140.000 – 300.000 | Plaga Malbec (Argentina), Hardy’s Merlot |
8. Menjadikan Wine bagian dari Gaya Hidup Sehat
-
Moderasi: Max 1–2 gelas per sesi (150–200 ml/gelas) untuk menjaga kesehatan.
-
Minum Air Putih: Antara gelas wine, segelas air untuk menjaga hidrasi.
-
Makan Terlebih Dahulu: Wine diminum setelah camilan atau makanan utama untuk mengurangi rasa mual.
Baca juga : Dinner Romantis Nggak Lengkap Tanpa Wine
Belajar minum wine ala orang Indonesia tak melulu soal formalitas. Dari acara fancy dengan wine flight dan pairing terstruktur, hingga nongkrong santai sambil seruput rosé di sore hari, semuanya bisa disesuaikan dengan selera, budget, dan suasana hati. Kuncinya adalah eksplorasi—coba berbagai jenis wine, catat kesan singkat, dan juga nikmati prosesnya tanpa takut salah. Dengan tips etika dasar, pemilihan gelas, suhu penyajian, hingga pairing kreatif dengan hidangan lokal, kamu siap menjalani perjalanan wine journey yang menyenangkan dan penuh penemuan baru. Cheers to your new wine adventure!